Berita Kabupaten Banjar
Kolase : Korban Sabriansyah Saat di Evakuasi , Kanan Atas: Pemilik Lahan Muhammad Tengah , Kuasa Hukum Pemilik Lahan Husrani noor, > Kanan Bawah : Preman Bayaran/Jagoan Neon PT JGA |
Sabriansyah lelaki warga hatungun , kabupaten Tapin itu ternyata merupakan kerabat pemilik lahan bernama Muhammad bin Saad. Luasnya 10.000 meter persegi sesuai Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 584/Mengkauk.
Di tanah tersebut, para perusahaan tambang lalu lalang mengangkut emas hitam. Konflik tak terhindarkan, pemilik lahan menggugat perusahaan ke Pengadilan Negeri (PN) Martapura. Hal itu di sampaikan oleh pengacara pemilik lahan, Husrani Noor kepada Awak Media, Jumat (31/3) pagi.
"Permasalahan adalah lantaran perusahaan batu bara PT JGA merasa lebih berhak atas tanah tersebut. Padahal rakyat kecil yang memiliki SHM-nya," ucapnya
Kliennya berupaya mengamankan tanah tersebut dengan cara menanam pohon karet. Selama 23 tahun ia hanya gigit jari.
"Jadi wajar kalau beliau juga ingin mengambil manfaat dari tanah miliknya," kata Husrani.
Sejak pemblokiran jalan hauling pekan lalu, para jagoan neon/preman bayaran mulai nongol ke lokasi pemblokiran jalan. Jumlahnya di perkirakan lebih dari 20 orang.
Pada Rabu (29/3) kemarin. Sebanyak enam buah mobil kembali menyambangi lokasi jalan yang ditutup, dengan maksud menemui pemilik lahan, Muhammad.
Lantaran tak ada di lokasi, satu mobil memilih mendatangi rumah Muhammad.
"Mereka mengaku atas perintah PT JGA. Tujuannya mau menawarkan Rp50 ribu per satu ret," jelasnya Husrani
Muhammad lalu membuka diri, meski tidak langsung mengiyakan.
"Pada akhirnya juga tidak jelas kepastiannya dan mereka pulang," ungkap Husrani.
Selanjutnya, sejumlah utusan yang diduga preman tersebut memilih kembali ke lokasi tanah berkonflik. Nahas, Muhammad sudah mendapatkan kabar sudah terjadi penyerangan yang menewaskan satu korban.
"Sabri tewas," bebernya
Berdasar keterangan saksi, pelaku berjumlah lebih dari 20 orang. Mereka menaiki 5 unit mobil. Masing-masing membawa senjata tajam. Bahkan senjata api. Warga pun berlarian melihat kedatangan mereka.
"Jadi saat penyerangan itu juga ada warga lainnya di sana. Lantaran melihat keberingasan pelaku yang jumlahnya puluhan dengan sajam, warga pun berlarian. Tertinggal satu korban ini (Sabriansyah)," jelasnya.
"Warga yang lain, menurut saksi kami, ada sekitar 10 orang. Mereka semua lari, tidak mau menunggu, jika menunggu kata saksi kami, semuanya akan ditebas," sambungnya lagi.
Sabri tewas usai mengalami luka tembak pada wajah bagian pelipis, serta sejumlah luka bacok di bagian kepala, leher dan lainnya.
Ia melihat peristiwa pembunuhan tersebut seperti sudah terencana matang. Terlihat dari kesiapan membawa senjata tajam dan luka-luka korban pada bagian vital.
"Saya berharap kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan menangkap semua pelaku. Kalau tidak sampai tuntas, maka Kalsel akan menjadi wilayah 'primitif' yang berakibat akan dianggap biasa-biasa saja dengan tindakan premanisme," pungkasnya.
Editor : Redaksi