Berita Tanah Laut
Kalimantan24.com - Bupati Tanah Laut HM Sukamta mendadak mengunjungi warga kurang mampu di saat malam takbiran.
Kepada Media ini Sukamta mengaku merasa tidak tenang merayakan Hari Raya Idul Fitri jika masih mendengar ada warganya tak punya beras, apalagi lauk pauk yang bisa dimasak.
"Saya cuma khawatir saja, jangan-jangan, pada saat sebagian orang tersenyum lebar merayakan lebaran dengan makanan berlimpah, ada warga saya yang beras saja mungkin tak punya,” ungkap Sukamta,
Saat takbir berkumandang Sukamta berkeliling mengunjungi rumah-rumah warganya yang dianggap kurang mampu. Jumat malam (21/4/2024), lalu.
Kunjungannya dimulai dengan mendatangi rumah bedak Mama Ela (45 th) yang berlokasi di gang Rahayu, Kelurahan Angsau.
Kunjungan yang di lakukan Sukamta itupun sontak membuat tukang pijat tuna netra itu sangat terharu.
Mama Ela tinggal berdua dengan putrinya, serta tetanganya, Wardaniah yang bekerja sebagai pemulung.
Kedatangan Sukamta bersama sang Isteri Hj Nurul Hikmah akhirnya diketahui Mama Ela bahwa orang yang datang dihadapannya itu adalah orang nomor wahid di Tanah Laut, Mama Ela langsung bersimpuh sambil menangis haru.
"Saya tidak menyangka, malam-malam begini, Pak Bupati beserta ibu datang ke rumah saya. Saya sangat terharu, bangga dan senang sekali dikunjungi Pak Bupati. Apalagi, pada saat, saya sedang tak punya sesuatu yang bisa dimasak, tiba-tiba beliau bawakan saya sembako," ujarnya sambil mengusap air matanya.
Sikap serupa juga terlihat dari wajah haru Siti Rahmah (85 thn). WargaDesa Atu Atu, Kecamatan Pelaihari, yang tinggal sendirian.
Tubuh rentanya bergetar menahan perasaan harunya, kemudian langsung merangkul orang di hadapannya.
Saat mengetahui kalau orang yang datang membawa sembako di malam takbiran itu ternyata Bupati Sukamta.
"Memang saya tahu, Pak Sukamta itu sejak beliau terpilih jadi bupati, selalu mengunjungi warga-warga yang kurang mampu . Saya masih ingat, malam takbiran tahun lalu, beliau juga mengunjungi kami .Beliau itu pemimpin yang sangat merakyat, sederhana dan sangat peduli kepada orang -orang kecil," ungkap Siti rahmah.
Usai berkeliling Sukamta mengatakan semua yang dilakukannya bukan yang pertama kali.
Hampir setiap tahun pada malam takbiran dirinya selalu melakukan itu.
Menurut dia, takbiran yang berarti mengagungkan Allah SWT itu tak harus selalu bermakna verbal, tapi juga harus bermakna sosial.
"Apa artinya, mengumandangkan kalimat Allahu Akbar berkali-berkali dan diulang-ulang, jika ada tetangga atau warga yang tak bisa makan." ungkap Sukamta.
"Kata Bung Karno, orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada manusia, dan Tuhan itu bersemayam di gubuknya orang miskin," tambahnya lagi.
Untuk itulah, lanjut dia, yang ideal itu takbir secara verbal berkumandang di masjid-masjid.
Namun takbir yang bermakna sosial juga harus tetap jalan, dengan mengasah kepekaan sosial terhadap orang-orang yang kurang mampu di sekitar kita.
Editor : Redaksi K24