Waduh! Pesantren Ini Di Serbu Banjir Bandang Tak Kurang 10 Buah Mobil Di Buatnya Seperti Kapal Selam

Kalimantan24.com - Warga Tasikmalaya Jawa Barat hari ini di buat mengelus dada pasalnya banjir bandang yang cukup tinggi merendam beberapa tempat di wilayah tersebut.

Salah satunya banjir bandang itu melanda komplek pondok pesantren Miftahul Huda Manonjaya di Kampung Pasirpanjang, Desa Kalimanggis, Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Jumat, 7 Juli 2023, pagi. 

Untungnya Tak ada korban jiwa mau pun luka dalam musibah itu.Namun akibat banjir tersebut  diperkirakan menimbulkan kerugian material yang signifikan. 

Setidaknya ada 10 unit mobil dan 4 unit sepeda motor yang terparkir di area garasi atau basement pesantren itu di buat seperti kapal selam akibat terendam banjir. Di antaranya terlihat mobil-mobil mewah. Selain itu sejumlah kolam ikan dan pesawahan juga ikut terendam.

Kapolsek Manonjaya AKP Endang Wijaya membenarkan komplek pesantren Miftahul Huda dilanda musibah banjir. "Ya betul, tapi sekarang perlahan sudah surut lagi," kata Endang yang di kutip media ini.

Kapolsek menjelaskan saat ini tengah dilakukan proses evakuasi kendaraan yang terendam banjir. Selain itu dilakukan pula penyedotan air di area basement dengan melibatkan mobil pemadam kebakaran Pemkab Tasikmalaya.

"Sudah bisa dievakuasi, tidak ada korban jiwa," kata Endang.

Terpisah Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum yang juga keluarga dari pesantren Miftahul Huda Manonjaya menjelaskan musibah banjir tidak mengganggu aktivitas di pesantren.

"Aktivitas pesantren tidak terganggu, kan bangunan pondok pesantren posisinya di atas, tidak ikut terendam. Yang terendam banjir itu cukup dalam itu area parkir basement. Karena posisinya sejajar sungai," ungkap Uu.

Dia mengatakan kawasan pondok pesantren itu relatif rawan banjir. Sejak dulu sering kebanjiran. 

"Sejak saya SD sering banjir, itu sudah dari dulu. Teringat kalau dulu jembatan dati batang kelapa sering hanyut terbawa banjir," kata Uu.

Mengenai penyebab banjir Uu mengatakan dari arah barat sungai asalnya dua aliran, mendekati pesantren menjadi satu aliran. Sehingga tak heran ketika debit air tinggi, sungai meluap dan menyebabkan banjir.

"Sungai itu dari sananya dua, di sekitar pesantren jadi satu, setelah pesantren jadi dua lagi. Asal debit hujan tinggi, biasanya banjir, walau pun tidak lama," kata Uu.

Dia mengatakan salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengeruk atau melakukan normalisasi sungai. Sehingga daya tampung sungai menjadi maksimal.

"Solusinya mungkin dilakukan pengerukan, agar daya tampung sungai normal lagi," kata Uu.

Selain itu dia juga mengajak masyarakat memelihara sungai dengan tidak buang sampah ke sungai.

"Sekarang banyak pemukiman, dulu saja waktu masih sawah sering banjir. Apalagi sekarang sudah banyak rumah, mungkin banyak yang membuang sampah," pungkas Uu.

Editor   : Redaksi K24
Lebih baru Lebih lama