Kalimantan24.com - Kemarau atau Musim panas yang berkepanjangan di negeri +62 Indonesia lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya fenomena El Nino.
Akibat fenomena inilah produksi padi dalam negeri pun terganggu. Karna produksi padi menyusut akibatnya beberapa penggilingan padi harus tutup karena tidak ada stok gabah.
Hal ini di sampaikan oleh Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) kepada awak media di Gedung MPR/DPR Jakarta, Rabu (16/8/2023).
"Ya betul itu (penggilingan tutup) yang sedang ditangani oleh Kementerian Pertanian karena dengan teknologi sekarang industri-industri beras yang besar itu akan menyedot daripada produksi petani, di sisi lain itu menguntungkan buat petani," ungkap Buwas yang di kutip media ini dari CNBC.
Selain sulit dapat pasokan gabah, penggilingan juga harus membeli gabah dengan harga jual cukup mahal pada petani.
Menurut Buwas saat ini rata-rata harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 6.200 bahkan sampai Rp 6.700 per kg atau di atas HPP.
"Karena harganya tinggi. Kalau penggilingan tradisional itu kan terbatas terus karena peralatannya kalah canggih maka hasil dari produksinya pasti tidak kualitas premium. Tapi bukan berarti kita mengabaikan yang tradisional karena keterbatasan produksi tadi sehingga yang penggilingan-penggilingan kecil itu tidak dapat suplainya," tutur Buwas.
Buwas mengatakan bahwa tingginya harga gabah tentu menjadi kabar yang baik bagi petani karena bisa mendapatkan keuntungan lebih.
Ia juga menerangkan bahwa untuk Bulog, seretnya produksi beras lokal saat ini tidak terlalu dikhawatirkan karena masih memiliki cadangan beras impor.
"(Bagi Bulog) gak ada masalah, Bulog itu kan hanya buffer stock dan penugasan dari negara. Jadi kalau kita berlebihan dan harganya jatuh kita ngambil dengan harga standar, jadi petani masih diuntungkan. Tapi jika memang tidak ada produksinya untuk kebutuhan cadangan kita harus impor, itu saja," pungkas Buwas.
Editor : Redaksi K24