Banjarmasin - Kalimantan24.com - Dalam era pasca akreditasi, fasilitas kesehatan menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan dan efektif. Salah satu inisiatif penting yang dilaksanakan oleh LAFKI Wilayah Kalimantan Selatan adalah seminar bertajuk "Strategi Inovasi Layanan Kesehatan: Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Pasca Akreditasi Fasilitas Kesehatan". Seminar ini diselenggarakan di Puskesmas Sungai Andai, Banjarmasin, dan menghadirkan Kolonel Laut (K) Dr. dr. Hisnindarsyah, SpKL. Subsp.KT(K), SE., M.Kes., MH., C.FEM, FISQua, FRSPH, seorang ahli strategi manajemen kesehatan, sebagai pembicara utama. (25/05/2024)
Telemedicine: Solusi Inovatif untuk Puskesmas
Dr. Hisnindarsyah membuka sesi dengan membahas potensi telemedicine sebagai inovasi utama di Puskesmas Sungai Andai. Telemedicine menawarkan solusi praktis untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan tanpa batasan geografis, sehingga pasien tidak perlu datang ke puskesmas untuk mendapatkan layanan medis. Melalui kerja sama dengan kantor pos, Gojek, atau Grab, obat bisa diantar langsung ke rumah pasien, meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan dan mengoptimalkan waktu serta sumber daya fasilitas kesehatan.
Namun, implementasi telemedicine tidaklah tanpa hambatan. Tantangan terbesar adalah kesiapan teknologi dan keterampilan tenaga medis dalam mengoperasikan sistem ini. Infrastruktur yang memadai dan pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis menjadi kunci sukses penerapan telemedicine. Dr. Hisnindarsyah menekankan pentingnya investasi dalam teknologi dan sumber daya manusia untuk memastikan layanan ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi pasien.
Blue Ocean Strategy: Mencari Pasar Baru
Selain telemedicine, Dr. Hisnindarsyah memperkenalkan konsep "Blue Ocean Strategy" sebagai strategi untuk mencari pasar baru yang belum digarap oleh pesaing. Strategi ini berfokus pada penciptaan permintaan baru melalui inovasi, memungkinkan puskesmas untuk menembus pasar yang belum tersentuh dan mengurangi persaingan di pasar yang sudah ada. Di Puskesmas Sungai Andai, strategi ini dapat diterapkan dengan memanfaatkan komposisi masyarakat lokal dan menjalin kerja sama dengan perusahaan setempat untuk mempromosikan layanan unggulan kepada pasien non-kapitasi (pasien swasta).
Pendekatan Blue Ocean Strategy memerlukan pemikiran kreatif dan inovatif dari pengelola puskesmas untuk melihat peluang di luar pasar konvensional dan menciptakan nilai unik yang dapat menarik perhatian pelanggan baru. Ini berbeda dengan "Red Ocean Strategy" yang berfokus pada persaingan di pasar yang sudah ada, di mana perusahaan berlomba-lomba untuk merebut pangsa pasar dari pesaing. Blue Ocean Strategy mengarahkan puskesmas untuk menjelajahi pasar baru yang belum tersentuh dan menciptakan permintaan baru.
Person-Centered Care: Mengubah Paradigma Pelayanan
Dr. Hisnindarsyah juga menekankan pentingnya mengubah paradigma dalam pelayanan kesehatan melalui pendekatan "person-centered care". Pendekatan ini menempatkan kebutuhan dan harapan pasien di pusat setiap keputusan dan inovasi yang dilakukan oleh puskesmas. Person-centered care menuntut perubahan budaya di internal puskesmas, di mana setiap staf memiliki pemahaman dan komitmen yang sama terhadap kepuasan pasien.
Implikasi dari pendekatan ini sangat luas, meningkatkan kualitas layanan tidak hanya dari segi teknis tetapi juga dari segi pengalaman pasien. Pasien yang merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik akan lebih puas dengan layanan yang diberikan.
Kesimpulan
Seminar ini memberikan wawasan mendalam mengenai berbagai strategi inovasi yang dapat diimplementasikan oleh fasilitas kesehatan pasca akreditasi. Dengan telemedicine, Blue Ocean Strategy, dan person-centered care, Puskesmas Sungai Andai diharapkan dapat menghadapi tantangan dan meraih peluang untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di masa depan. Dr. Hisnindarsyah mengakhiri sesi dengan menekankan pentingnya kolaborasi, investasi dalam teknologi, serta pelatihan berkelanjutan bagi tenaga medis untuk mencapai tujuan tersebut.
(Damara)