Menggapai Asa di Tengah Keterbatasan: Kisah Inspiratif Sri Wahyuni Harahap

Padang Lawas Utara -- Di tengah hingar-bingar kehidupan modern, nama Sri Wahyuni Harahap mungkin terdengar asing. Ia bukan selebritas, Selebgram, ataupun Tiktoker terkenal. Namun, kisahnya mampu menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Sri bukanlah sosok yang besar dari gemerlap kota besar, melainkan seorang perempuan pekerja keras dari pedalaman Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Cita-citanya sederhana namun mendalam: menjadi sukses dan mengangkat derajat kaum perempuan.

Keterbatasan ekonomi dan jarak yang jauh dari pusat kota tidak menyurutkan langkah Sri Wahyuni untuk mengejar pendidikan. Saat ini, ia tengah menempuh program Pasca Sarjana Magister Agroteknologi di Universitas Graha Nusantara, Padangsidimpuan. Bagi banyak orang, mungkin sulit membayangkan perjalanan seorang perempuan desa yang tinggal di pelosok, tetapi bagi Sri, keterbatasan adalah tantangan yang harus dihadapi, bukan alasan untuk menyerah.

“Perempuan harus maju, meskipun tinggal jauh dari keramaian,” ungkapnya dengan tegas. “Saya bukan orang kaya, bukan pula orang yang sangat pintar, tapi saya adalah perempuan desa yang ingin mengangkat tinggi derajat kaum perempuan.”

Motivasi Sri Wahyuni tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk para perempuan lain di desanya. “Saya harus berhasil agar bisa menjadi inspirasi bagi Sri Wahyuni-Sri Wahyuni lain yang ingin menggapai mimpi, namun terhalang oleh keterbatasan, jarak, dan waktu,” tambahnya.

Menempuh pendidikan di tingkat magister tentu bukan perkara mudah bagi Sri Wahyuni. Tantangan datang dari berbagai sisi—baik dari segi finansial, fisik, maupun mental. Namun, tekad yang kuat dan keinginannya untuk memotivasi para perempuan di desanya menjadi bahan bakar semangatnya. Bahkan, saat dihadapkan pada keadaan yang membuatnya hampir menyerah, ia selalu menemukan cara untuk bangkit kembali. “Pernah suatu ketika saya ingin berhenti, tapi saya sadar masih banyak orang yang lebih sulit hidupnya. Dari situ, saya belajar bersabar dan selalu memulai segala sesuatu dengan membaca Basmalah,” kenangnya.

Meski saat ini ia belum sepenuhnya mencapai kesuksesan, pintu menuju impian tersebut sudah sangat dekat. Tidak lama lagi, Sri Wahyuni Harahap akan menjadi perempuan pertama di kampungnya, Purbatua Dolok, yang meraih gelar Magister. Sebuah pencapaian yang tentu saja membanggakan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh masyarakat di desanya.

Bagi Sri Wahyuni, keterbatasan bukanlah hambatan yang memenjarakan mimpi, melainkan batu loncatan untuk meraih cita-cita. Kisah perjuangannya mengajarkan bahwa di tengah segala keterbatasan, asa tetap bisa diraih jika disertai dengan semangat dan ketekunan.

(Magrifatulloh)

Lebih baru Lebih lama