Norsan mengungkapkan bahwa rencana tersebut telah didiskusikan bersama para tokoh dan pengurus YBS yang baru terpilih untuk memimpin organisasi tersebut selama lima tahun ke depan. “Keinginan yayasan ini adalah mewujudkan rumah adat Tionghoa. Kita sudah memikirkan itu bersama ketua baru, Pak Simon,” ujarnya pada acara di Hotel Aston, Minggu (29/9/2024) malam, usai menghadiri peringatan Harlah Nabi Khongzi.
Ia menegaskan bahwa pembangunan rumah adat Tionghoa ini akan menjadi salah satu prioritasnya jika terpilih sebagai gubernur. Menurutnya, rumah adat tersebut akan memperkaya khazanah budaya Kalimantan Barat dan menjadi ruang edukasi terbuka untuk memperkenalkan adat istiadat masyarakat Tionghoa kepada generasi muda.
Selain itu, Norsan berharap rumah adat Tionghoa tersebut akan menjadi daya tarik wisata baru yang berpotensi meningkatkan perekonomian lokal. “Kita ada istilah Tidayu, yang merupakan singkatan dari Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Keharmonisan antar-etnis harus terus kita jaga. Sudah ada rumah Melayu dan rumah Radakng, nanti kita bangun rumah adat Tionghoa di tengahnya,” jelas Norsan.
Pembangunan rumah adat ini, lanjutnya, bukan hanya soal infrastruktur, melainkan juga simbol penting untuk mempererat hubungan kebatinan dan emosional antar-etnis. Dengan adanya rumah adat Tionghoa, ia berharap toleransi dan keharmonisan di antara masyarakat Kalimantan Barat akan semakin kokoh.
Yayasan Bhakti Suci, yang selama ini fokus merawat nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan sosial, mendapatkan apresiasi penuh dari Norsan dan pasangannya Krisantus. Norsan menegaskan bahwa pembangunan kebudayaan merupakan bagian integral dari pembangunan Kalimantan Barat yang sejahtera dan harmonis.
Penulis : Slamet Yudistira
Editor : Agus MR