ULM Latih Masyarakat Desa Guha Membuat Sabun Serai Anti DBD, Solusi Inovatif di Daerah Endemis

Barabai, HST – Dalam rangka mengatasi permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menjadi endemi di Kalimantan Selatan, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melatih masyarakat Desa Guha, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, membuat sabun berbahan dasar serai. Pelatihan ini dipimpin oleh Dr. Dian Masita Dewi, SE., MM, Ketua Program Studi Eco Enzyme ULM sekaligus Ketua Tim Pelaksana Program. Sabun serai yang dihasilkan diyakini dapat menjadi solusi inovatif untuk mengurangi jumlah penderita DBD di daerah endemis tersebut.

Kalimantan Selatan selama ini dikenal sebagai salah satu daerah dengan kasus DBD yang cukup tinggi. Berdasarkan data rekapitulasi kasus DBD tahun 2023, tercatat 3.113 kasus dengan 20 kematian, sedangkan hingga 30 Januari 2024, jumlah kasus DBD mencapai 1.124 dengan 8 kematian. Kabupaten Hulu Sungai Tengah sendiri menempati urutan kedua tertinggi di antara 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan dengan 122 kasus DBD dan satu kematian pada Januari 2024.
Dalam upaya mencegah peningkatan jumlah penderita, ULM memperkenalkan sabun berbahan serai (lemongrass/Cymbopogon citratus) yang mengandung citronella, zat alami pengusir nyamuk. Citronella telah terbukti mampu mengusir nyamuk hingga 2,5 jam serta mengurangi gigitan hingga 40%. Tanaman serai selama ini dikenal masyarakat sebagai bumbu dapur dengan harga murah, namun potensinya sebagai pengusir nyamuk belum banyak diketahui.

Manfaat Ekonomis dan Kesehatan

Menurut Dr. Dian Masita Dewi, pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomis serai dengan mengubahnya menjadi produk sabun cair yang inovatif. “Sabun mandi cair berbahan serai ini berpotensi menjadi produk unggulan di Desa Guha dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, sabun ini juga menjadi solusi preventif untuk mengurangi risiko gigitan nyamuk, khususnya Aedes aegypti yang merupakan vektor penyebab DBD,” ujarnya.

Sabun serai ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan produk sabun cair yang ada di pasaran, antara lain karena berbahan alami dan mengandung citronella yang dapat menghindari gigitan nyamuk. Selain itu, sabun ini sangat lembut di kulit, tidak menyebabkan iritasi, dan memiliki pH yang sesuai dengan kulit manusia. Dengan kandungan alami yang dimilikinya, sabun serai juga dianggap sebagai jawaban bagi masyarakat yang menginginkan produk kesehatan dan kebersihan yang tidak terafiliasi dengan produk berbasis zeonis.

Peluang Pemberdayaan dan Inovasi

Dr. Dian juga menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Ia berharap pemerintah maupun perusahaan BUMN dan swasta dapat melihat potensi pelatihan ini sebagai bagian dari community development. “Kami juga membuka kesempatan kerjasama untuk pelatihan lainnya, baik itu pengolahan limbah organik berbasis Eco Enzyme maupun pembuatan berbagai sabun cair berbahan alami lainnya,” tambahnya.

Selain membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan DBD, pelatihan ini diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Desa Guha dan sekitarnya. Dengan pemanfaatan serai sebagai bahan alami anti nyamuk, diharapkan angka kasus DBD di Kalimantan Selatan dapat berkurang secara signifikan.

Pelatihan yang dilakukan ULM ini merupakan langkah konkret dalam memberdayakan masyarakat sekaligus memberikan solusi atas permasalahan kesehatan yang selama ini dihadapi oleh masyarakat di daerah endemis DBD. ( Dari Berbagai Sumber )


Lebih baru Lebih lama