Jakarta -- Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd mengatakan Dalam menghadapi tantangan era baru pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) diharapkan menjadi motor penggerak dalam memajukan riset dan inovasi di Indonesia. Dr. Iswadi, M.Pd., seorang akademisi sekaligus pakar di bidang pendidikan dan inovasi, mengusulkan sejumlah program prioritas yang dapat memperkuat peran BRIN untuk mendukung pembangunan bangsa.Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Rabu 20 November 2024
Menurut Dr. Iswadi, BRIN memiliki peran strategis dalam menciptakan ekosistem riset yang unggul, inovatif, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat. “BRIN harus menjadi penghubung antara riset, teknologi, dan kebutuhan nyata bangsa, baik di sektor ekonomi, sosial, maupun lingkungan,” ujar Dr. Iswadi. Untuk itu, ia menawarkan lima program prioritas yang diyakini mampu mengoptimalkan peran BRIN di era Prabowo.Pertama Dr. Iswadi menekankan pentingnya membangun ekosistem riset kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti perguruan tinggi, industri, pemerintah daerah, dan masyarakat. Menurutnya, BRIN perlu mendorong pembentukan konsorsium riset yang fokus pada bidang-bidang strategis, seperti ketahanan pangan, energi terbarukan, dan teknologi digital.
“Kolaborasi adalah kunci. BRIN dapat menjadi fasilitator utama untuk menyatukan potensi yang tersebar di berbagai institusi,” jelasnya. Ia juga menyarankan agar BRIN memberikan insentif kepada peneliti dan lembaga yang berhasil menciptakan inovasi yang relevan dan aplikatif bagi masyarakat.yang kedua Transformasi Digital Riset dan Inovasi. Di era digitalisasi, pemanfaatan teknologi digital menjadi sangat krusial dalam mempercepat proses riset dan inovasi. Dr. Iswadi mengusulkan agar BRIN mengembangkan platform digital terpadu yang memungkinkan peneliti berbagi data, hasil penelitian, dan ide inovatif secara real-time.
“Platform ini dapat mempermudah kolaborasi lintas daerah dan internasional, serta mempercepat diseminasi hasil riset kepada publik dan industri,” katanya. Selain itu, ia mendorong pengembangan big data nasional yang dapat menjadi sumber utama untuk penelitian berbasis bukti, mulai dari analisis sosial hingga perencanaan kebijakan.
Selanjutnya yang ketiga Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi SDM Riset Dr.Iswadi mengatakan Sumber daya manusia (SDM) yang unggul adalah pilar utama keberhasilan riset. Dr. Iswadi menyoroti pentingnya investasi dalam pengembangan kompetensi peneliti melalui pelatihan, beasiswa, dan program post-doktoral di institusi riset terkemuka dunia.
“BRIN harus menjadi institusi yang mendukung pengembangan karier para peneliti Indonesia. Selain itu, program pertukaran peneliti internasional perlu diperluas untuk meningkatkan wawasan global dan jejaring kolaborasi,” ungkapnya. Dr. Iswadi juga menyoroti pentingnya menumbuhkan minat riset sejak dini melalui program-program edukasi yang inovatif di sekolah dan universitas.Kemudian yang keempat harus Fokus pada Riset Berbasis Kebutuhan Nasional. Dr. Iswadi menekankan bahwa riset yang dilakukan harus relevan dengan kebutuhan nasional. Ia menyarankan BRIN untuk memperkuat program riset terapan yang langsung mendukung sektor-sektor prioritas, seperti pertanian, kesehatan, dan infrastruktur.
“Di tengah tantangan global, seperti perubahan iklim dan krisis pangan, riset berbasis kebutuhan nasional harus menjadi prioritas. BRIN perlu memastikan bahwa hasil riset dapat diimplementasikan secara nyata untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” jelasnya. Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara riset dasar dan riset terapan untuk menciptakan inovasi yang berkelanjutan.
Kemudian yang kelima Pendanaan Berkelanjutan untuk Riset dan Inovasi.Menurut Dr.Iswadi Salah satu tantangan utama yang dihadapi dunia riset di Indonesia adalah keterbatasan pendanaan. Dr. Iswadi mengusulkan agar BRIN mengembangkan mekanisme pendanaan yang lebih fleksibel dan berkelanjutan, termasuk melalui kemitraan dengan sektor swasta dan filantropi.
“Pemerintah perlu memastikan alokasi anggaran yang memadai untuk riset, tetapi BRIN juga harus kreatif dalam mencari sumber pendanaan alternatif. Misalnya, melalui skema dana hibah kompetitif atau insentif pajak bagi perusahaan yang mendukung riset,” jelasnya.
Dr. Iswadi optimistis bahwa dengan program-program prioritas tersebut, BRIN dapat menjadi lembaga riset yang mampu bersaing di kancah internasional sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional. “Era Prabowo adalah momentum untuk memperkuat fondasi riset dan inovasi di Indonesia. Jika dikelola dengan baik, BRIN dapat menjadi motor penggerak utama transformasi bangsa,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya dukungan dari seluruh pihak, termasuk pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat, untuk memastikan keberhasilan program-program BRIN. Dengan sinergi yang kuat, Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri dan unggul dalam inovasi, menuju visi sebagai negara maju pada 2045.
Melalui usulan ini, Dr. Iswadi berharap agar BRIN tidak hanya menjadi lembaga riset, tetapi juga pusat inovasi yang relevan, adaptif, dan mampu menjawab tantangan masa depan. “Riset adalah investasi jangka panjang. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi pusat keunggulan riset di Asia, bahkan dunia,” tutupnya.(**)