Aceh Timur – Razali, yang akrab disapa Nyakli Maop, seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) dan pegiat media sosial asal Kabupaten Aceh Timur, melontarkan kritik tajam terhadap perilaku sejumlah oknum mantan panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Menurutnya, perjuangan rakyat Aceh yang dulu dibangun dengan darah dan pengorbanan kini terpinggirkan oleh ambisi pribadi segelintir tokoh.
Nyakli, yang juga tergabung dalam Badan Advokasi Indonesia untuk Penegakan Hukum dan HAM, mengungkapkan rasa prihatin atas realitas politik Aceh saat ini. Dalam keterangannya kepada awak media, ia menyoroti bagaimana beberapa mantan panglima GAM rela meninggalkan idealisme perjuangan demi jabatan dan kedudukan.
“Di panggung politik zaman sekarang, panglima-panglima maju mengklaim kebenaran, berlomba merebut hati rakyat dengan janji dan seruan lantang. Namun, partai dari darah syuhada ditinggalkan tanpa rasa malu, tanpa rasa bersalah,” ujar Nyakli.
Ia menambahkan, partai yang dulu menjadi saksi perjuangan kini diabaikan begitu saja. Beberapa oknum, katanya, dengan mudah berpaling dan bergabung dengan pihak lain demi ambisi pribadi.
“Hanya demi kursi jabatan, mereka rela menyampingkan partai yang telah membesarkan nama mereka. Setelah itu, partai itu ditinggalkan tanpa rasa malu sedikit pun. Kursi kekuasaan yang seharusnya menjadi tumpuan nasib rakyat justru hanya menjadi simbol ambisi pribadi,” tegasnya.
Nyakli juga menyoroti kegagalan para mantan pemimpin GAM dalam membawa kesejahteraan bagi mantan kombatan dan rakyat Aceh secara umum. Ia menyebutkan bahwa kepemimpinan yang diwarnai oleh ambisi pribadi telah menggerus kepercayaan masyarakat.
“Kerja mereka dahulu tak membawa hasil untuk kesejahteraan mantan GAM dan rakyat. Kursi itu hanya menyisakan jejak ambisi yang kian menggerus kepercayaan,” tambahnya.
Ia juga menyinggung pihak-pihak yang tidak menginginkan perdamaian Aceh, yang menurutnya, bersorak melihat perpecahan di tubuh GAM.
“Di sudut-sudut yang gelap, mereka yang tidak suka dengan perdamaian Aceh tertawa senang, melihat persatuan GAM hancur dan rapuh. Mereka bersorak gembira melihat perpecahan yang kian membelah,” lanjutnya.
Di akhir pernyataannya, Nyakli mengungkapkan harapannya agar para pemimpin dan mantan pejuang kembali ke jalur perjuangan yang sejati, yakni mensejahterakan rakyat Aceh.
“Ya Allah, bukakan mata para pemimpin agar mereka kembali pada jalur keadilan. Semoga Aceh menemukan arah dan para pejuang yang setia merasakan makna damai yang sesungguhnya,” tutupnya penuh harap.
Pernyataan Nyakli ini menjadi refleksi atas kondisi politik di Aceh, yang menurutnya, semakin jauh dari nilai-nilai perjuangan awal. Harapan besar diletakkan pada para pemimpin agar dapat kembali mengutamakan kesejahteraan rakyat dan menjaga semangat perdamaian yang selama ini menjadi pondasi penting bagi masa depan Aceh.
( Saiful )