Panyabungan, Sumut – Desakan agar Kapolres Mandailing Natal (Madina) AKBP Arie Paloh mengambil tindakan tegas terhadap mafia tambang ilegal semakin menguat. Forum Pemuda Mahasiswa Bersatu (FPMB) menilai aktivitas tambang emas tanpa izin (PETI) yang terus berlanjut, bahkan hanya beberapa jam setelah penertiban oleh pihak kepolisian, merupakan pelecehan terhadap institusi Polri.
"Kapolres terkesan lamban dan hanya sekadar 'gertak sambal'. Penertiban yang dilakukan Jumat pagi (17/1) oleh Polri justru diabaikan karena pada malamnya para mafia tambang sudah beroperasi kembali. Ini merupakan pelecehan luar biasa terhadap Polri. Para mafia tambang merasa kebal hukum dan semakin menantang," tegas Khairil Amri, Presidium FPMB, yang juga Ketua DPD KNPI Madina.
Ultimatum untuk Kapolres
Pada aksi damai FPMB di Mapolres Madina, Jumat siang (17/1), FPMB telah mengultimatum Kapolres untuk segera menangkap para bos tambang ilegal yang dianggap telah melanggar hukum, merusak lingkungan, dan mencemarkan ekosistem. Dalam aksi tersebut, Kapolres sebelumnya berjanji tidak akan ada lagi aktivitas PETI di Madina. Bahkan, ia menyatakan kesediaannya untuk "potong kuping" jika PETI masih ditemukan.
Namun, kenyataannya berbeda. Hanya beberapa jam setelah penertiban, aktivitas tambang ilegal kembali marak di sekitar lokasi penertiban.
"Ketidaktegasan Kapolres seolah memberikan ruang bagi para mafia tambang. Wajar jika publik berasumsi bahwa Kapolres dianggap lemah atau bahkan menerima upeti dari para mafia tambang," ujar Khairil, didampingi sejumlah Ketua Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP), termasuk Sapma PP, PMII, HMI, GMNI, SEMMI, IMMAN, dan GEJAM.
Laporan Nama Bos Tambang Ilegal
Dalam aksi tersebut, FPMB juga melaporkan nama-nama yang diduga kuat sebagai bos tambang ilegal di wilayah Kotanopan, antara lain Pawang, Ginda, Akbar, Irhan, Harahap, dan Bram. Sementara itu, di wilayah Batang Natal, nama seperti Nasir, Bol, Safril, dan Provost India turut disebut sebagai dalang di balik aktivitas tambang ilegal.
"Jika Kapolres memiliki komitmen untuk penegakan hukum, kita yakin para mafia tambang ini bisa ditangkap. Namun, kenyataannya, meskipun aktivitas PETI begitu marak, tidak ada satu pun pengusaha tambang yang dijerat hukum," kritik Khairil.
Penertiban Dinilai Hanya Pencitraan
FPMB menilai penertiban yang dilakukan Kapolres bersama unsur Forkopimda pada Jumat pagi hanyalah pencitraan tanpa efek jera bagi para pelaku. Hal ini dibuktikan dengan kembalinya aktivitas PETI yang viral di berbagai pemberitaan.
"Operasi penertiban ini hanya dianggap lelucon oleh para mafia tambang. Faktanya, kurang dari 24 jam setelah penertiban, mereka sudah beraksi lagi," ujar Khairil.
Rencana Aksi Lanjutan
FPMB mengultimatum Kapolres untuk menangkap bos tambang ilegal, terutama Pawang, dalam waktu 3x24 jam. Mereka juga berencana menggelar aksi demonstrasi jilid II dengan jumlah massa yang lebih besar di Mapolda Sumut (Mapoldasu) jika tuntutan tidak dipenuhi.
"Kami akan terus solid menolak aktivitas ilegal PETI dan mengawal komitmen Kapolres Madina. Penegakan supremasi hukum harus dilakukan tanpa pandang bulu," tegas FPMB.
Saat ini, FPMB tengah mengkaji video rekaman respons Kapolres Madina terhadap aksi sebelumnya serta menggelar rapat tindak lanjut untuk memastikan langkah yang akan diambil.
Penulis : Magrifatulloh
Editor : Agus MR