Ponorogo, Jatim -- Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Di Kabupaten Ponorogo, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas, pemerataan, dan efektivitas pendidikan pada semua jenjang, mulai dari PAUD, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, hingga pesantren dan sekolah Islam terpadu. Partisipasi masyarakat menjadi elemen kunci dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.
Kilas Balik 2024 :
Pada tahun 2024, Pemerintah Kabupaten Ponorogo melalui Dinas Pendidikan menggencarkan program pendidikan kesetaraan untuk menekan angka putus sekolah. Terdapat satu Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan 11 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang aktif memberikan layanan pendidikan bagi penduduk yang tidak sempat menyelesaikan pendidikan dasar, menengah, dan atas.
Data menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah (RLS) di Ponorogo pada tahun 2023 berada di angka 7,78 tahun, yang berarti sebagian besar penduduk berusia 25 tahun ke atas hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMP.
Melalui program ini, sebanyak 1.609 anak tidak sekolah (ATS) telah mendapatkan akses pendidikan, dengan 440 di antaranya berhasil lulus melalui program paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA).
Dewan Pendidikan Kabupaten Ponorogo mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan di era digital. Kegiatan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk kepala sekolah, komite sekolah, dan organisasi profesi, dengan tujuan memetakan persoalan pendidikan di Ponorogo, terutama terkait dengan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan kualitas, pemerataan, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Program Hafidz Juz 30 yang digagas oleh pasangan Sugiri Sancoko-Lisdyarita (RILIS) menunjukkan capaian signifikan. Selama 3,5 tahun kepemimpinan mereka, program ini telah meluluskan 580 siswa tingkat SD pada tahun 2023 dan 426 siswa pada tahun 2024. Untuk tingkat SMP, sebanyak 1.828 siswa lulus pada tahun 2023 dan 3.672 siswa pada tahun 2024. Program ini menjadi indikator keberhasilan pendidikan di Ponorogo, khususnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan berbasis agama.
Pendidikan di Ponorogo menunjukkan peningkatan, terutama di lembaga pendidikan berbasis agama seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI). Data menunjukkan jumlah siswa MI meningkat dari 16.768 pada tahun ajaran 2020/2021 menjadi 22.647 pada tahun ajaran 2022/2023. Peningkatan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan di MI.
Pemerataan akses pendidikan menjadi tantangan di Ponorogo.
Kesenjangan antara SDN dan MI dalam hal jumlah siswa mencerminkan preferensi masyarakat terhadap pendidikan berbasis agama. Beberapa SDN kekurangan murid, sementara MI mengalami lonjakan pendaftar .
Fenomena ini mempengaruhi pemerataan pendidikan di daerah tersebut. Efektivitas pendidikan di Ponorogo dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat. Keterlibatan orang tua dalam memilih lembaga pendidikan yang sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka berdampak pada efektivitas proses pembelajaran. Peningkatan jumlah siswa di MI menunjukkan efektivitas pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan nilai agama dan akademik.
Beberapa SDN di Ponorogo tidak mendapatkan murid baru pada tahun ajaran 2024/2025. Misalnya, SDN Setono di Kecamatan Ponorogo dan SDN 1 Bajang di Kecamatan Mlarak tidak memperoleh satu pun murid baru. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait keberlanjutan operasional sekolah-sekolah tersebut. Disisi lain Jumlah siswa di MI meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun ajaran 2022/2023, jumlah siswa mencapai 22.647, meningkat dari 16.768 pada tahun ajaran 2020/2021.
Peningkatan ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap pendidikan berbasis agama. Meskipun berbagai program telah dilaksanakan, tantangan masih ada. Salah satu kasus yang mencuat adalah dugaan penyelewengan dana BOS di SMK PGRI 2 Ponorogo, yang mengindikasikan perlunya pengawasan lebih ketat dalam pengelolaan dana pendidikan. Kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana pendidikan.
Trends 2025 :
Memasuki tahun 2025, beberapa tren diperkirakan akan mempengaruhi pendidikan di Ponorogo:
Pertama, Peningkatan Peran Pendidikan Berbasis Agama atau lebih pada orientasi Pendidikan karakter. Dengan tingginya minat terhadap MI, Sekolah Islam terpadu dan pesantren, peran pendidikan berbasis agama diprediksi akan semakin dominan. Masyarakat cenderung memilih lembaga yang mengintegrasikan nilai agama dalam kurikulumnya.
Kedua, Inovasi dalam Pendidikan Formal: Untuk menarik minat siswa, SDN dan sekolah formal lainnya perlu berinovasi dalam metode pengajaran dan kurikulum. Penerapan teknologi dan pendekatan pembelajaran yang interaktif dapat menjadi solusi untuk meningkatkan daya tarik sekolah formal.
Ketiga, Kolaborasi antara Pemerintah dan Masyarakat: Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pendidikan akan semakin penting. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan orang tua diperlukan untuk memastikan pemerataan dan kualitas pendidikan yang lebih baik.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan dalam sektor pendidikan. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, berencana mengundang dewan pendidikan, dinas pendidikan, kepala desa, dan tokoh masyarakat untuk berdiskusi mencari solusi terkait kekurangan murid di SDN.
Selain itu, pemerintah juga mendorong program-program yang meningkatkan kualitas pendidikan, seperti sosialisasi Porseni Madrasah Ibtidaiyah Provinsi Jawa Timur tahun 2025.
Pesantren, termasuk Pondok Modern Gontor, serta sekolah Islam terpadu di Ponorogo akan terus memainkan peran penting dalam pendidikan karakter dan keagamaan. Dengan dukungan program-program pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, diharapkan lembaga-lembaga ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka tawarkan, sekaligus memastikan akses yang lebih luas bagi semua kalangan.
Kesimpulan :
Pendidikan di Ponorogo pada tahun 2024 menghadapi tantangan dalam hal kualitas, pemerataan, dan efektivitas. Partisipasi masyarakat memainkan peran penting dalam dinamika ini, dengan kecenderungan meningkatnya minat terhadap pendidikan berbasis agama.
Untuk menghadapi tren pendidikan di tahun 2025, diperlukan inovasi, kolaborasi, dan komitmen dari semua pihak terkait guna memastikan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh masyarakat Ponorogo. (***/Opini)
Assoc. Prof. Dr. Muhamad Fajar Pramono, M.Si (Dosen UNIDA Gontor dan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Ponorogo)